Medan–Skalanews: Dalam beberapa minggu terakhir, semen menghilang hingga terjadi kelangkaan, khususnya di pasaran Medan dan sekitarnya.
Akibatnya, harga mengalami lonjakan drastis dari biasanya, beberapa pekerja bangunan terpaksa mengurangi aktivitas sebagai dampak yang ditimbulkannya.
Pantauan di sejumlah panglong tempat penjualan material bangunan diperoleh informasi, sudah sejak tiga minggu belakangan semen mengalami kelangkaan.
“Tapi yang paling parah memasuki pekan keempat bulan November ini, semen praktis tidak ada di pasaran,” sebut Meldi dari Toko Mata Air di kawasan Medan Denai.
Mereka tidak tahu mengapa hal ini terjadi, sebab semen sebagai bahan utama untuk bangunan tersebut buatan pabrik, tidak ada kaitannya dengan situasi saat ini yang terjadi banjir di mana mana, tidak seperti sayuran bergantung dengan lahan.
Harga Menjulang
Akibat semen menghilang, harga pun menjadi menjulang tinggi, hingga jauh melebihi batas normal.
Menurut beberapa pedagang, harga tebus semen saat ini sudah mencapai rata-rata Rp70.000/sak. Minggu lalu kata mereka masih sekira Rp55.000 sampai Rp60.000/sak. Padahal harga normal semen biasanya rata rata Rp52.000/sak.
“Walau naik signifikan, Itu pun tidak ada barang di pasaran,” sebut pedagang eceran semen di kawasan Mandala Medan.
Dari beberapa panglong material besar diperoleh informasi, kendala yang dihadapi distributor semen saat ini masalah distribusi terkait faktor cuaca yang ekstrem.
Selain itu, faktor lainnya diduga juga menjadi pemicu seperti tingginya permintaan pasar setelah kasus pandemi mulai mereda, sehingga pertumbuhan pembangunan bergerak secara bersamaan.
“Sementara kapasitas pabrik produksinya dalam kondisi normal alias tidak ditambah, sementara kebutuhan meningkat, sedangkan ketersediaan barang biasa saja,” sebut mereka.
Saat ini hukum ekonomi berlaku, permintaan pasar banyak tetapi barang tidak ada, sehingga harga pasti naik, tambah pedagang lainnya. SN-KB