Medan–Skalanews: Maraknya peredaran dan pemakai narkoba, serasa tidak akan ada habisnya. Berbagai upaya dan tindakan hukum, bahkan ancaman hukuman mati pun, tak juga bikin jera para pelaku, mulai produsen, pengedar hingga pemakai narkoba.
Ironis, akhirnya banyak generasi muda bangsa kita, terjerumus dalam jerat narkoba, ini suatu bentuk keprihatinan dan kesedihan bagi bangsa.
“Kasus narkoba merupakan keprihatinan dan kesedihan bagi seluruh bangsa, bagaimana tidak, jerat narkoba membunuh generasi muda bangsa, jaringan peredaran yang sistematis guna memutus mata rantai peredarannya, hingga sekarang peredarannya sangat masif, kecanggihan teknologi juga salah satu yang membuat keberadaan mereka sulit terdeteksi.
Bahkan hukuman mati yang diterapkan tak juga bikin jera pelaku narkoba,” ujar Dr Ansari Yamamah, Sosiolog Islam UIN Sumatera Utara kepada media, Kamis (11/11) di Kampus UIN Sumut Jalan Sutomo Medan.
Jaringan peredaran narkoba di Indonesia begitu rapi dan tersistem hingga ke luar negeri. Indonesia menjadi pasaran empuk bagi peredaran barang haram ini, akses atau pintu masuknya sangat terbuka disebabkan luasnya wilayah Nusantara, ditambah terbatasnya jumlah personel negara dalam mengamankan masuknya narkoba, baik lewat laut, udara maupun darat.
“Akses masuknya narkoba melewati banyak pintu-pintu yang bisa ditembus, di samping terbatasnya aparatur hukum kita, inilah pentingnya kolaborasi sosial harus dibangun pemerintah, artinya libatkan masyarakat dengan menjadikan narkoba sebagai musuh bersama atau Publik Enemy dan seluruh produsen dan pengedarnya diterapkan hukum Extra Ordinary.
Memberikan efek jera bagi siapa pun yang coba melakukan kejahatan kemanusiaan atau Human Crime, karena membunuh setiap generasi berikutnya,” tambah Founder Islam Transitif Society ini.
Lebih jauh dikatakan, menurut data dan informasi yang ada, bahwa Sumatera Utara menduduki peringkat pertama peredaran narkoba di Indonesia. Tentu ini merupakan tantangan yang segera disikapi secara serius oleh para pemangku kebijakan di Sumatera Utara.